Katanya : 'Orang yang kita sayangi adalah orang yang berada di posisi yang tepat untuk menyakiti hati kita'. Atau dengan kata lain : 'Ketika kita sedang menyayangi seseorang, berarti kita sedang memposisikan diri kita sendiri di posisi yang tepat untuk disakiti'. Jadi, semakin kita menyayangi seseorang, maka akan semakin mudah kita untuk tersakiti.

Mungkin saat ini aku sedang berada di posisi yang tepat untuk disakiti, dan kamu juga sedang berada di posisi yang tepat untuk menyakiti. Atau, mungkin bisa jadi kita memang sama-sama sedang berada di posisi yang tepat untuk saling menyakiti. Entahlah. Karena kita sama-sama merasa saling menyayangi. Tapi yang jelas, aku merasa tak adil dengan resiko yang harus kita tanggung ketika kita sedang saling menyayangi. Bukankah awalnya ketika kita pertama kali memulai untuk saling menyayangi justru karena kita saling percaya bahwa kita akan menemukan kebahagiaan ketika kita telah bersama? Jika memang benar-benar kita saling menyayangi, maka itu artinya ada sebuah resiko besar yang mau tak mau harus siap kita terima yang mungkin tak bisa kita tawar lagi, yaitu : kebahagiaan sekaligus rasa sakit.
 
Atau, jangan-jangan akunya saja yang buta akan konsep kebahagian sejati. Jangan-jangan konsep kebahagian sejati itu adalah : Kebahagiaan sejati hanya bisa didapatkan setelah kita menebusnya dengan rasa sakit.
 
Iya, rela tersakiti demi sebuah kebahagiaan itu memang tak semudah teorinya. Pada kenyataannya ini sangat berat. Inilah mungkin yang sering disebut dengan pengorbanan. Mungkin lagi-lagi benar kata orang : 'Cinta itu kadang memang butuh pengorbanan, kadang juga harus siap jadi korban'.
 
Jadi kesimpulannya : Bahagia itu Menyakitkan.

Gue tinggal di sebuah kontrakan berukuran lumayan sedang bersama orang tua gue. Kontrakan tersebut terdiri dari 3 bilik, masing-masing bilik berukuran kurang lebih 3 meter persegi. Setiap bilik mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Bilik paling depan, selain biasa buat tidur orang tua gue, bisa juga dijadikan sebagai ruang tamu. Bilik tengah, selain biasa buat tidur gue, bisa juga dijadikan sebagai ruang makan + ruang TV + ruang keluarga. Dan bilik yang terakhir atau yang paling belakang, selain digunakan buat dapur, bisa juga dijadikan sebagai tempat pelihara tikus. Masing-masing akses yang menghubungkan antara bilik yang satu dengan bilik yang lainnya tidak dilengkapi pintu, hanya ditutup dengan sebuah kain horden.

Kejadian mistis ini terjadi beberapa tahun silam. Kalo nggak salah, saat itu tepat pas malem jumat. Ketika itu gue udah tertidur di lantai dengan posisi menghadap ke TV. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba gue terbangun karena lampu mendadak padam. Padahal sumpah...!!! Gue inget banget malam itu gue tidurnya merem, nggak melek nggak. Tapi kenapa gue bisa tau kalo baru aja mati lampu ya? Okeh lanjuuuuut...!!! Gue yang terbangun dalam keadaan gelap gulita, berusaha buat ngumpulin nyawa sambil mencoba memfokuskan padangan gue ke satu titik. Berhubung gue tidur pas menghadap ke TV, gue samar-samar melihat sesosok bayangan segede orang dewasa tepat di depan TV, dengan posisi badan seperti membelakangi gue. Dengan kepala sedikit diangkat (badan tetep rebahan), gue mencoba untuk memastikan bahwa yang gue lihat adalah orang. Yang pertama terlintas dipikiran gue sosok yang sedang berdiri tersebut adalah bokap gue. Berhubung gue masih ngantuk + males bangun, gue pun meminta pada sosok yang gue kira bokap gue tadi supaya nyalain lilin. "Pa, nyalain lilin dong, tuh lilinnya ada di samping TV". Namun sosok tersebut tetap diam tak bersuara dan tetap berdiri pada posisi yang sama, tanpa merespon sama sekali permintaan gue barusan. Lantas gue pun mencoba memastikan sekali lagi kalo sosok tersebut adalah bokap gue. "Pa... Pa...", dengan suara yang sedikit keras dari pada saat mengucap kalimat yang pertama tadi, kali aja suara gue yang pertama tadi kurang terdengar. Dan tiba-tiba sekejap lampu pun menyala, ruangan yang tadinya gelap gulita mendadak menjadi terang benderang. Gue yang kaget, berusaha untuk mengadaptasikan mata gue dengan cahaya yang menyala secara mendadak tadi. Dan apa yang terjadi? Jeeeeeeng... Jeeeeeeng...!!! Ternyata sesosok bayangan yang tadi berdiri di depan TV telah lenyap. Seketika itu juga mendadak bulu kuduk gue pada merinding semua, pikiran gue tiba-tiba jadi nggak karuan, gue merasa ada yang aneh. Gue lalu buru-buru menuju pintu yang menghubungkan bilik gue dengan bilik orang tua gue, dan kemudian menyibakan horden. Dan ternyata...!!! Ternyata...!!! (Sengaja gue ulang-ulang biar lebih dramatis...) Ternyata benar apa yang gue takutkan... bokap gue masih tertidur di tempat tidurnya. Jadi yang gue ajak ngomong barusan itu bukan bokap gue, tapi adalah... hiiiiiiii.

Sepanjang separuh sisa malam itu, pikiran gue terus menebak-nebak apa yang sebenernya barusan terjadi. Apakah cuma halusinasi? Tapi ah masa sih halusinasi malem-malem gini? Mau bikin bubur (Ha ha)? Atau cuma sekedar efek kombinasi gelap dan kondisi mata gue yang masih ngantuk? Entahlah.... Yang pasti detak jantung gue terus saja berdegup dengan begitu kencang mengingat apa yang baru saja gue alami.

Paginya, gue ceritain semua apa yang terjadi semalam kepada bokap gue. Namun, bokap gue tampak nggak merasa heran sama sekali dengan cerita gue, bahkan beliau malah bilang kalo dia udah sering liat sosok seperti itu di dalem kontrakan yang kami tempati. Mulai dari sosok anak kecil, sosok laki-laki tinggi besar, bahkan yang terakhir yang beliau liat adalah kuntilanak nggak jauh dari pintu belakang kontrakan. Anjriiiiit...!!! Ternyata banyak juga setan yang betah di kontrakan ini, jadi kalo diitung-itung rugi dong selama ini kami bayar kontrakan, udah mereka gratis numpang, sering gangguin kita lagi. Kampreeeeet....!!!