Shakila Aina Ramadhani, begitulah saya dan isteri saya memberikan nama untuk puteri pertama kami. Saat ini usianya baru menginjak 8 bulan. Usia yang masih terlalu dini untuk memikirkan tentang masa depan dan cita-cita memang, namun saya dan isteri telah sepakat untuk mulai merencanakan masa depan puteri pertama kami sejak dia baru lahir, khususnya untuk biaya pendidikannya kelak.
Saya yakin semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk juga dalam hal pendidikan. Dan pendidikan yang baik tentu saja harus kita tebus dengan biaya yang tidak sedikit juga. Seperti yang kita ketahui, biaya pendidikan saat ini tidaklah murah. Saat ini saja biaya untuk masuk ke Play Group hampir sama seperti biaya masuk ke SMA di jaman saya. Belum lagi biaya untuk masuk ke SD, SMP, SMA hingga biaya Kuliah. Biaya-biaya tersebut bisa naik 15% sampai 20% per tahunnya. Dan biaya tersebut belum ditambah dengan biaya pendidikan penunjang cita-citanya, seperti les dan kursus misalnya. Bayangkan jika biaya kuliah saat ini sekitar Rp 150.000.000, maka kemungkinan pada saat puteri kami memasuki usia kuliah nanti biayanya diperkirakan akan menjadi sekitar Rp 3,327,916,660.11.
Melihat angka tersebut, kami tidak bisa berharap banyak dengan gaji yang saya terima saat ini. Penghasilan saya saat ini saja hanya cukup untuk menghidupi kami bertiga, kalaupun saya dipaksa harus menyisikan, saya hanya bisa manabung sekitar Rp 200.000 dari gaji saya setelah dipotong biaya pokok bulanan. Dari tabungan tersebut, maka total yang saya dapatkan setelah 17 tahun kedepan (usia ideal masuk kuliah) adalah Rp 200.000 x 12 X 17 = Rp 40,800,000.00. Ya, dengan total demikian tentu saja mana cukup untuk memasukan puteri kami ke Universitas terbaik?
Saya sendiri terlahir dari keluarga yang kurang mampu, begitu juga dengan isteri saya. Tidak ada harta warisan ataupun bisnis keluarga yang bisa kami terima dari orang tua kami. Sehingga semua biaya yang maha mahal tadi harus kami sendiri yang menanggungnya. Kami harus mengumpulkannya mulai sekarang dari nol, bahkan kami juga harus memutar otak agar gaji sebulan yang saya terima bisa tersisa di luar biaya kebutuhan pokok kami bertiga. Meskipun kemungkinannya begitu kecil, untuk masa depan puteri kami tercinta, apapun akan kami lakukan.
Pendidikan saya terakhir hanya lulusan SMK, sedangkan isteri saya hanyalah lulusan Sekolah Dasar, tak ada satupun dari kami yang melanjutkan pendidikannya hingga bangku kuliah. Tentu kami akan merasa sangat bangga seandainya puteri kami kelak bisa melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dari kedua orang tuanya. Begitulah harapan dan cita-cita kami terhadap sang buah hati.
*Tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam lomba yang di adakan oleh sebuah perusahaan asuransi yang berlangsung pada 26 Januari 2015 sampai 26 Februari 2015. Sebuah tantangan buat saya, ternyata menulis dengan konten yang serius itu susah :)
*Akhirnya, setelah ditelepon sama mbak-mbak dari pihak penyelenggara barusan dan saya ngecek sendiri di page penyelengara lomba, ternyata tulisan ini keluar sebagai Juara II. Alhamdulillah :)
O iya, ngomong-ngomong nama saya Slamet ya :)
*Tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam lomba yang di adakan oleh sebuah perusahaan asuransi yang berlangsung pada 26 Januari 2015 sampai 26 Februari 2015. Sebuah tantangan buat saya, ternyata menulis dengan konten yang serius itu susah :)
- UPDATE 27 Mei 2015-
O iya, ngomong-ngomong nama saya Slamet ya :)
- Rabu, Maret 04, 2015
- 4 Comments