Selamat Hari Sumpah Pemuda teman...

Barusan gue iseng googling tentang sejarah Sumpah Pemuda, apa yang melatarbelakangi, dan apa itu isi Sumpah Pemuda. Gue yakin ga sedikit pemuda yang senasib seperti gue, ga tau apa-apa tentang makna Sumpah Pemuda

Setelah gue baca lagi isi Sumpah Pemuda, poin ke 3 yang bunyinya "KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA". Mendadak gue jadi miris ketika gue sadar dengan apa yang terjadi sekarang ini khususnya apa yang dialami oleh para pemuda-pemudi masa kini yang hobinya mencemari Bahasa Indonesia, entah itu dengan kalimat yang disok imut-imutin yang justru malah bikin amit-amit ataupun dengan tulisan-tulisan yang mengawinkan secara paksa huruf dan angka semacam rumus fisika yang kita kenal dengan bahasa 'ALAY'. Yang lebih gue takutin lagi adalah, kelak Sumpah Pemuda akan berganti nama menjadi "Sumpah Miapah?".

Melihat kondisi tersebut, untuk mempertegas lagi isi Sumpah Pemuda khususnya poin yang ke 3, agaknya mungkin sudah saatnya isi Sumpah Pemuda tersebut kita kaji ulang, kalo boleh gue ngusulin, maka setelah direvisi seharusnya bunyinya adalah sbb :

"KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA

PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA, BOEKAN BAHASA JANG DI SOK IMOET-IMOETIN APALAGI BAHASA ALAY"

"Tidak ada istilah tua dalam belajar, tapi ada istilah tua dalam tanggal..."

Yap, begitulah setidaknya yang gue pahami beberapa bulan belakangan ini. Untuk ukuran usia seseorang, angka 23 memang rasanya belum layak untuk disebut tua, tetapi untuk ukuran usia sebuah tanggal, angka 23 itu usia yang uzur, apalagi untuk seorang karyawan swasta yang kerjanya hampir tiap hari tapi gajiannya cuma sebulan sekali seperti gue.

Gue yakin kalian pasti pernah denger perumpamaan yang bilang kalo 'Gajian itu nggak beda jauh sama menstruasi, datangnya sebulan sekali, tapi belum ada semingu udah abis'. Meskipun gue sendiri nggak pernah ngerasain rasanya menstruasi, tapi gue yakin kalo lo seorang karyawan yang sependeritaan dengan gue yang baca tulisan ini bakalan setuju sama perumpaan tadi.

Okeh... Balik lagi ngomongin tanggal tua, jujur sampe sekarang gue sendiri masih nggak ngerti dengan istilah tersebut, baik itu tanggal tua ataupun tanggal muda, entah kapan secara pasti mereka dilahirkan dan entah siapa bapak dan ibunya? Apakah karyawan di luar negeri sana juga mengenal istilah tanggal tua?  Ehm.. maksud gue istilah old date gitu?? Ah.. lupakan pertanyaan-pertanyaan bodoh barusan. Namun yang pasti berdasarkan analisa yang selama ini udah gue lakukan, tampaknya ada semacam korelasi antara tanggal tua dengan rasa sayang seseorang terhadap rupiah. Dimana perilaku ketika tanggal semakin tua maka akan berbanding terbalik dengan rasa sayang yang dimiliki oleh seseorang terhadap rupiah. Dengan kata lain ketika tanggal semakin tua maka akan semakin besar juga rasa sayang kita terhadap rupiah. Fenomena ini dapat dibuktikan ketika kita terdesak dengan hal-hal yang mengharuskan kita buat merogoh kocek di tanggal tua yang biasanya adalah kebalikan dari kebiasaan kita di tanggal muda, rasanya sayang banget buat ngeluarin duit (Nah loh bingung kan? Sama gue juga).

Berapapun banyaknnya istilah yang kita kenal yang seragam dengan istilah tanggal tua, entah itu KANKER alias Kantong Kering, dompet menipis, sakurata, radang lipatan dompet or what else... Yang pasti tanggal tua itu rasanya lebih buruk dari sekedar makan tai kebo... Ga percaya?? Cobain deh...