- Minggu, Februari 20, 2011
- 0 Comments
Ya tuhan...sedih rasanya kalo kita punya mimpi, tapi menurut pendapat orang lain mimpi kita itu terlalu tinggi, apa lagi kalo yang bilang itu orang terdekat kita (pacar), rasanya sedih bangeeet...!!! Di saat kita butuh dukungan buat meraih mimpi itu, tapi ternyata orang terdekat kita ngomong, kalo kita ga mungkin bisa meraihnya, aku bingung mesti gimana? Kadang aku berfikir memang ga mungkin mimpi aku itu bisa terwujud, tapi aku selalu berfikiran positif dan optimis, kalo kita mau berdoa dan berusaha, aku yakin pasti mimpi itu bisa terwujud, apa lagi selama ini aku berfikir, apa sih yang ga mungkin di dunia ini, kalo memang Tuhan sudah berkehendak.
Begitulah kutipan dari pesan singkat yang nongol di HP gue semalem. Itulah sebuah pesan yang dikirimkan oleh cewe gue beberapa saat setelah kita berdebat tentang obsesi terhadap idolanya.
Okeh...sebelum gue banyak ngomong, kayanya gue perlu jelasin dulu apa itu terobsesi. Sekedar pengetahuan dan pembanding saja, terobsesi adalah keadaan dimana kita amat sangat menginginkan sesuatu, dan jika seandainya ga kesampaian atau ga bisa ngedapetinnya akan berpengaruh pada kondisi jiwa atau psikis kita. Nah loh... Kalo ujung-ujungnya kita yang stress siapa yang mau tanggung jawab coba?
Begitulah kutipan dari pesan singkat yang nongol di HP gue semalem. Itulah sebuah pesan yang dikirimkan oleh cewe gue beberapa saat setelah kita berdebat tentang obsesi terhadap idolanya.
Okeh...sebelum gue banyak ngomong, kayanya gue perlu jelasin dulu apa itu terobsesi. Sekedar pengetahuan dan pembanding saja, terobsesi adalah keadaan dimana kita amat sangat menginginkan sesuatu, dan jika seandainya ga kesampaian atau ga bisa ngedapetinnya akan berpengaruh pada kondisi jiwa atau psikis kita. Nah loh... Kalo ujung-ujungnya kita yang stress siapa yang mau tanggung jawab coba?
Gue tau, mengidolakan seseorang emang ga dosa dan ga dilarang, selama masih dalam batas yang wajar dan ga berlebihan tentunya. Ga munafik, gue juga pernah mengagumi idola, dan yang gue kagumi itu bukan karena ketampanan/kecantikan fisiknya, tetapi karena karya-karyanya.
Kamu benar, di dunia ini memang ga ada yang ga mungkin. Semua bisa saja jadi mungkin kalo kita mau berusaha dan berdoa. Tapi rasanya ga ada salahnya kalo kita juga mesti berpikir realistis pada 'kemampuan' saat ini yang kita miliki. Supaya kita ga kejebak dengan fantasi yang justru malah bikin hari-hari yang kita miliki menjadi gelisah, penuh khayalan semu, dan ga menutup kemungkinan sampe akhirnya bikin kita jadi ga peduli dengan orang dan keadaan di sekitar kita.
Kamu benar, di dunia ini memang ga ada yang ga mungkin. Semua bisa saja jadi mungkin kalo kita mau berusaha dan berdoa. Tapi rasanya ga ada salahnya kalo kita juga mesti berpikir realistis pada 'kemampuan' saat ini yang kita miliki. Supaya kita ga kejebak dengan fantasi yang justru malah bikin hari-hari yang kita miliki menjadi gelisah, penuh khayalan semu, dan ga menutup kemungkinan sampe akhirnya bikin kita jadi ga peduli dengan orang dan keadaan di sekitar kita.
Mungkin gue juga salah, ga seharusnya gue menyepelekan apalagi sampe menertawakan obsesi yang kamu punya. Ga seharusnya juga gue bertindak posesif seperti ini. Mungkin memang seharusnya gue mensuport apapun yang kamu pengen. Tapi percayalah, apa yang gue lakukan ini bukan tanpa alasan. Sebenernya gue itu cuma takut, gue takut fantasi kamu itu bakal menyita waktu dan perhatian yang seharusnya buat gue. Gue takut kamu lupa bahwa ada gue disini yang mengidolakan kamu. Terlalu berlebihankah gue?
- Jumat, Februari 18, 2011
- 0 Comments
Cinta itu seperti ketika kamu sedang menunggu bis di halte. Ketika sebuah bis datang menghampirimu, tapi kenapa kamu malah menolak untuk menaikinya? Bukankah kamu pengen sampe tepat waktu di tempat tujuan kamu? Mungkin sekilas terlihat bis yang menghampiri kamu tadi terlihat penuh, padahal sebenarnya bis tersebut masih muat untuk kamu tumpangi, mungkin kamu hanya takut kalo kamu bakal ga nyaman berada di dalamnya. Akhirnya kamupun memutuskan untuk menunggu bis berikutnya.
Bis kedua datang. Bis itu jelek dan ga ber-AC . Lalu kamu pun kembali membiarkan bis tersebut lewat begitu saja.
Kemudian bis selanjutnya juga berhenti tepat di hadapan kamu. Kali ini bis itu lumayan bagus dan kosong. Tapi tiba-tiba entah kenapa mendadak kamu merasa bingung, sehingga tanpa disadari bis itu hanya melintasi tempat kamu berdiri. Dan pada saat bis tersebut telah benar-benar pergi, kamu hanya bisa menyesalinnya. Sementara itu, waktu masih terus berlalu, dan kamu baru inget bahwa kamu sedang punya urusan untuk pergi ke suatu tempat. Kamu bisa terlambat.
Ketika bis ke empat datang, kamu langsung melompat masuk. Setelah beberapa lama kamu berada di dalam bis, kamu baru 'ngeh' kalo ternyata kamu salah naik jurusan. Bis yang kamu tumpangi ternyata tak sama dengan tujuan kamu. Dan sialnya kamu baru sadar setelah menyia-nyiakan banyak waktu.
Cerita ini juga sering terjadi pada kehidupan kita. Ketika kita sedang mencari seseorang yang akan kita jadikan sebagai pasangan. Kita memang berhak untuk memilih siapa saja yang kita anggap pantas untuk mendapatkan hati kita, tapi ga ada salahnya juga kan? Bila kita memberi kesempatan kepada seseorang yang berhenti tepat dihadapan kita, asalkan sesuai dengan tujuan kita, kenapa tidak kita coba? Daripada kita harus capek-capek jalan kaki sendiri ke tempat yang kita tuju. Tapi, apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat. Kita masih bisa kok untuk berteriak 'Kiri...!!!' lalu keluar dengan baik-baik. Anggap saja semua itu sebagai pengalaman.
Selain itu, kita juga berhak sepenuhnya untuk berusaha sebisa mungkin menghentikan bis kosong yang kita sukai dan kita percayai agar mau berhenti untuk kemudian kita tumpangi.
Semua memang tergantung keputusanmu. Pilihan ada di tangan kamu. Yang terbaik adalah ikuti kata hati dan jadilah dirimu sendiri.
PS : Buat orang-orang yang sampe sekarang masih bertahan dengan kesendirian. Gue tau ini copas, tapi mudah-mudahan ada moral yang bisa dipetik.
Bis kedua datang. Bis itu jelek dan ga ber-AC . Lalu kamu pun kembali membiarkan bis tersebut lewat begitu saja.
Kemudian bis selanjutnya juga berhenti tepat di hadapan kamu. Kali ini bis itu lumayan bagus dan kosong. Tapi tiba-tiba entah kenapa mendadak kamu merasa bingung, sehingga tanpa disadari bis itu hanya melintasi tempat kamu berdiri. Dan pada saat bis tersebut telah benar-benar pergi, kamu hanya bisa menyesalinnya. Sementara itu, waktu masih terus berlalu, dan kamu baru inget bahwa kamu sedang punya urusan untuk pergi ke suatu tempat. Kamu bisa terlambat.
Ketika bis ke empat datang, kamu langsung melompat masuk. Setelah beberapa lama kamu berada di dalam bis, kamu baru 'ngeh' kalo ternyata kamu salah naik jurusan. Bis yang kamu tumpangi ternyata tak sama dengan tujuan kamu. Dan sialnya kamu baru sadar setelah menyia-nyiakan banyak waktu.
Cerita ini juga sering terjadi pada kehidupan kita. Ketika kita sedang mencari seseorang yang akan kita jadikan sebagai pasangan. Kita memang berhak untuk memilih siapa saja yang kita anggap pantas untuk mendapatkan hati kita, tapi ga ada salahnya juga kan? Bila kita memberi kesempatan kepada seseorang yang berhenti tepat dihadapan kita, asalkan sesuai dengan tujuan kita, kenapa tidak kita coba? Daripada kita harus capek-capek jalan kaki sendiri ke tempat yang kita tuju. Tapi, apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat. Kita masih bisa kok untuk berteriak 'Kiri...!!!' lalu keluar dengan baik-baik. Anggap saja semua itu sebagai pengalaman.
Selain itu, kita juga berhak sepenuhnya untuk berusaha sebisa mungkin menghentikan bis kosong yang kita sukai dan kita percayai agar mau berhenti untuk kemudian kita tumpangi.
Semua memang tergantung keputusanmu. Pilihan ada di tangan kamu. Yang terbaik adalah ikuti kata hati dan jadilah dirimu sendiri.
PS : Buat orang-orang yang sampe sekarang masih bertahan dengan kesendirian. Gue tau ini copas, tapi mudah-mudahan ada moral yang bisa dipetik.
- Senin, Februari 14, 2011
- 2 Comments