Jika Idolaku Bukan Idolamu...

Jumat, Februari 18, 2011

Ya tuhan...sedih rasanya kalo kita punya mimpi, tapi menurut pendapat orang lain mimpi kita itu terlalu tinggi, apa lagi kalo yang bilang itu orang terdekat kita (pacar), rasanya sedih bangeeet...!!! Di saat kita butuh dukungan buat meraih mimpi itu, tapi ternyata orang terdekat kita ngomong, kalo kita ga mungkin bisa meraihnya, aku bingung mesti gimana? Kadang aku berfikir memang ga mungkin mimpi aku itu bisa terwujud, tapi aku selalu berfikiran positif dan optimis, kalo kita mau berdoa dan berusaha, aku yakin pasti mimpi itu bisa terwujud, apa lagi selama ini aku berfikir, apa sih yang ga mungkin di dunia ini, kalo memang Tuhan sudah berkehendak. 

Begitulah kutipan dari pesan singkat yang nongol di HP gue semalem. Itulah sebuah pesan yang dikirimkan oleh cewe gue beberapa saat setelah kita berdebat tentang obsesi terhadap idolanya.

Okeh...sebelum gue banyak ngomong, kayanya gue perlu jelasin dulu apa itu terobsesi. Sekedar pengetahuan dan pembanding saja, terobsesi adalah keadaan dimana kita amat sangat menginginkan sesuatu, dan jika seandainya ga kesampaian atau ga bisa ngedapetinnya akan berpengaruh pada kondisi jiwa atau psikis kita. Nah loh... Kalo ujung-ujungnya kita yang stress siapa yang mau tanggung jawab coba?

Gue tau, mengidolakan seseorang emang ga dosa dan ga dilarang, selama masih dalam batas yang wajar dan ga berlebihan tentunya. Ga munafik, gue juga pernah mengagumi idola, dan yang gue kagumi itu bukan karena ketampanan/kecantikan fisiknya, tetapi karena karya-karyanya.

Kamu benar, di dunia ini memang ga ada yang ga mungkin. Semua bisa saja jadi mungkin kalo kita mau berusaha dan berdoa. Tapi rasanya ga ada salahnya kalo kita juga mesti berpikir realistis pada 'kemampuan' saat ini yang kita miliki. Supaya kita ga kejebak dengan fantasi yang justru malah bikin hari-hari yang kita miliki menjadi gelisah, penuh khayalan semu, dan ga menutup kemungkinan sampe akhirnya bikin kita jadi ga peduli dengan orang dan keadaan di sekitar kita.

Mungkin gue juga salah, ga seharusnya gue menyepelekan apalagi sampe menertawakan obsesi yang kamu punya. Ga seharusnya juga gue bertindak posesif seperti ini. Mungkin memang seharusnya gue mensuport apapun yang kamu pengen. Tapi percayalah, apa yang gue lakukan ini bukan tanpa alasan. Sebenernya gue itu cuma takut, gue takut fantasi kamu itu bakal menyita waktu dan perhatian yang seharusnya buat gue. Gue takut kamu lupa bahwa ada gue disini yang mengidolakan kamu. Terlalu berlebihankah gue?

Baca juga

0 komentar

Featured Post

Catatan Hati Seorang Pengendara Sepeda Motor

Hampir lima tahun sudah saya menjadi pengguna setia jalanan di Jakarta, hampir lima tahun juga saya mulai membiasakan diri untuk menik...

Like us on Facebook

Ads