I Miss U...

Minggu, Januari 20, 2013

Sayang... Aku kangen kamu, apakah kamu di sana tidak mengkangenkanku seperti aku mengkangenkanmu? (Bener ga sih?)

Satu semester sudah kita tidak bertemu, mungkin bentukmu kini telah banyak berubah, tapi aku yakin, rasamu padaku tidak turut berubah.

Sayang... Jenggot aku sekarang sudah gondrong lagi lho, kini sudah bisa kamu jambak-jambak lagi. Seperti kebiasaan kamu dulu tiap kali kita bertemu. Ku tau itu sangat menyakitkan buatku, tapi hanya dengan melihat kamu lepas tertawa saja, itu sudah cukup mengobati rasa sakit jenggot yang telah kamu jambak-jambak tadi.

Sayang... Aku kangen. Kangeeeeen sekali mencabuti bulu hidungmu yang kerap menjuntai keluar dari lubang hidungmu. Tiap kali kucabut, kau pasti menamparku dengan sandal bakiakmu.

Sayang... Masihkah kamu ingat dengan kencan pertama kita? Waktu itu kamu hampir pingsan saat melihat aku memakai daster motif kembang-kembang milik mamaku. Menurutku ini bagus, tapi menurut kamu aku lebih cocok memakai kebaya milik nenekku. Entah kenapa sejak itu kamu mulai memvonisku GILA. Padahal dokter juga udah bilang kalo ini bukan GILA, beliau hanya bilang kalo cuma ini SAKIT JIWA. Bukankah GILA dan SAKIT JIWA itu beda? Kalo GILA itu rasanya manis, sedangkan SAKIT JIWA itu rasanya pengen ketawa mulu. Jelas sekali perbedaannya bukan?

Sayang... Aku kangen. Sayang... Aku kangen lho. Ih... Kamu budek ya? Kok ga dijawab? O iya, maaf... aku lupa bahwa ini bukanlah percakapan di telepon. (Maaf... Paragraf ini harusnya tidak pernah ada).

Sayang... Apa kamu tau? Bahwa hati aku ini terlalu kecil untuk bisa menampung jutaan kangen yang aku simpan hanya untuk kamu. Rasanya space yang tersedia buat nampung kangen aku ke kamu itu sudah hampir penuh. Apa kamu peduli akan hal ini? Lama-lama hati aku bisa jebol sayang...!!!

Sayang... Kapan kita bisa bertemu kembali? Tak sabar rasanya aku menunggu momen yang indah itu.

O iya lupa... Ngomong-ngomong dari tadi aku panggil kamu sayang, nama kamu itu sebenernya siapa ya? Aku benar-benar sudah lupa nama kamu. Tapi ah... Ya sudahlah... Apalah artinya sebuah nama. Membuatmu berhasil tau bahwa aku sangat merindukanmu, itulah misi yang jauh lebih penting.

Sayang... Kuharap saat kamu membaca tulisan-tulisan ini kamu akan menangis karena terharu, bukan karena bingung.

Pagi sudah datang sayang. Rasa ngantuk pun sudah mulai mengganggu. Sayang... pasti kamu di sana sudah terlelap dari seminggu yang lalu.

Sayang... Aku sudah mengantuk. Rasa ngantuk ini ternyata jauh lebih kuat dari pada keinginanku untuk menuliskan tentang kangenku sama kamu.

Sayang... Aku harus tidur sekarang. Karena besok pagi-pagi sekali aku harus ikut les menjahit, ballet dan les gendang. Seperti yang selalu kamu inginkan bukan? Aku harus jago main gendang biar bisa bergabung dalam orkes dangdut keliling ternama.

Sayang... Sudah dulu ya. Aku mau tidur. Kalo kamu terbangun karena ngompol, cepat-cepat ganti popok ya.


I Miss U...

Baca juga

0 komentar

Featured Post

Catatan Hati Seorang Pengendara Sepeda Motor

Hampir lima tahun sudah saya menjadi pengguna setia jalanan di Jakarta, hampir lima tahun juga saya mulai membiasakan diri untuk menik...

Like us on Facebook

Ads