Peran

Rabu, Juli 29, 2015


Ada satu pertanyaan yang mungkin terdengar sepele bagi kalian untuk disimak :

Dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji sebenarnya tukang bubur yang udah dapet gelar hajinya ke mana? 

Kenapa yang ditayangkan hanya konflik Haji Muhidin doang yang jadi bahan cerita, seolah-olah Haji Muhidinlah yang menjadi tokoh sentralnya? Padahal seperti yang selama ini kalian ketahui (saya sih baru tahu), Haji Muhidin bukanlah seorang yang menjadi tukang bubur. Bagi orang yang suka memikirkan dengan serius hal-hal yang tidak serius seperti saya mungkin akan merasa aneh. Tapi bagi orang yang tidak mengikuti sinetron tersebut dari awal mungkin akan merasa lebih aneh daripada orang yang telah mengikuti sinetron tersebut dari awal. Bingung kan?

Ngomong-ngomong saya sengaja googling untuk mencari keanehan tersebut. Dan akhirnya dari sana saya mendapatkan informasi bahwa telah terjadi adanya ketidaksepahaman antara Mat Solar (pemeran tukang bubur dalam sinetron tersebut) dengan rumah produksi yang menaunginya. Hal inilah yang membuat peran Tukang Bubur yang seharusnya menjadi tokoh sentral harus ‘ditiadakan’. Rasanya mungkin tidak mungkin lagi untuk menghentikan produksi sinetron yang mulai mendapatkan hati dari para pemirsanya kala itu, mau tidak mau sinetron tersebut memang harus terus berlanjut meski dengan cara mengubah jalan ceritanya. Dan seperti yang kalian ketahui, sinetron tersebut sampai sekarang masih terus berjalan dan bahkan ceritanya lebih menarik (bagi mereka yang suka dengan sinetron tersebut) meski tokoh sentralnya sudah hilang. 

Di saat yang bersamaan, mendadak saya juga jadi kepikiran dengan orang-orang yang kehadirannya pernah berasa penting pada suatu episode dalam hidup kita yang sekarang mungkin udah nggak penting lagi, orang-orang yang nggak sengaja pernah berpengaruh besar dalam hidup kita yang ternyata hadir cuma sekedar melintasi kehidupan kita. Bisa jadi orang-orang terdekat yang kini udah menjadi musuh, sahabat-sahabat saat sekolah kita dulu, atau mungkin seseorang yang dulu pernah kita cintai tapi nggak pernah sempat untuk kita miliki.

Orang-orang tersebut memang ditakdirkan untuk masuk ke dalam kehidupan kita, mereka bertugas untuk melengkapi sebuah skenario di dalam hidup kita, kehadiran mereka penting, tapi sayang peran mereka cuma sesaat, hanya meninggalkan sisa kenangan, itu pun kalo kita masih sempat untuk mengenangnya. Meski tanpa kehadiran mereka lagi, episode demi episode kehidupan kita harus tetap berlanjut hingga sekarang.

Mungkin ada benarnya kalo kita sebut dunia ini adalah panggung sandiwara. Setiap orang adalah peran utama dalam cerita kehidupannya, sedangkan orang lain adalah lawan mainnya, entah itu sebagai bintang tamu, sebagai peran pembantu atau mungkin cuma sebagai figuran. Begitu juga dengan kita, tentu saja kita pernah dan bahkan sedang berperan di dalam drama orang lain. Hanya saja kita mungkin tidak menyadarinya, bahwa kita telah atau sedang terekam dalam episode kehidupan orang lain.

Dalam cerita sinetron di Indonesia yang sudah-sudah, khususnya untuk sinetron kejar tayang, biasanya tokoh yang sudah tidak ‘terpakai’ lagi akan dibuat meninggal atau sedang pergi ke luar negeri, entah dengan alasan apapun itu. Dan akhirnya munculah tokoh baru yang menggantikan tokoh yang ditiadakan tadi, dan ceritanya pun dirubah tanpa meninggalkan benang merah pada sinetron tersebut. Tentu saja perubahan tersebut tanpa mengurangi sisi menarik dari jalan ceritanya, kadang justru malah sengaja dibuat untuk menambah daya tarik bagi pemirsa setianya. Intinya, skenario yang dibuat nggak mungkin bertujuan untuk merusak jalan cerita, pasti dibuat dengan tujuan agar ceritanya lebih indah.

Dalam kehidupan kita, nggak selamanya skenario yang Tuhan tuliskan selalu sesuai dengan keinginan kita. Tuhan selalu punya rencana-Nya sendiri yang lebih indah yang kadang mungkin berseberangan dengan apa yang telah kita bayangkan. Saat kita merasa nyaman dengan seseorang, baik itu sahabat ataupun pasangan, baik orang yang sudah lama kita kenal ataupun yang baru saja kita kenal, tentu kita akan berharap semoga ini akan bisa untuk selamanya. Namun sayangnya, belum tentu Tuhan juga berkehendak demikian. Bisa saja orang-orang tersebut sudah berada dalam rencana Tuhan untuk segera 'ditiadakan' dari dalam drama kehidupan kita. Meskipun nggak sampe dibuat meninggal oleh Tuhan, tapi apapun namanya dan bagaimanapun caranya, nggak ada orang yang baik-baik saja ketika berpisah dengan orang yang masih kita sayangi. Semua akan terasa sangat berat di awal.

Sengaja atau nggak, kalian pasti pernah samar-samar mendengar sebuah rumus yang sangat populer dalam dunia perdangdutan di Indonesia. Sebuah rumus yang bernama 'Rumus Dunia' yang pertama kali ditemukan oleh Profesor Rhoma Irama. Rumus tersebut kurang lebih bunyinya : 'Semua harus berpisah'. Yap, rumus tersebut memang terdengar sangat sederhana, tapi percayalah... dalam prakteknya rumus tersebut lebih rumit dari rumus aljabar, integral, atau bahkan rumus sin cos tan. Berpisah dengan orang yang kita sayangi itu nggak semudah seperti yang kita bayangkan.

Dan satu hal yang saya percayai, bahwa akan selalu ada sosok baru setiap kali kita kehilangan seseorang. Di balik rasa kehilangan tersebut, saya yakin Tuhan telah mempersiapkan pemeran baru yang lebih baik dan dengan rencana yang lebih indah untuk drama kehidupan kita. Meskipun mungkin peran sosok baru tersebut tidak bisa sepenuhnya mampu mengantikan peran sosok yang hilang tadi. Sebab, rasa kehilangan yang telah kita rasakan mungkin bisa saja tertutupi oleh pemeran baru, tapi kenangan bersama pemeran lama tidak mungkin begitu saja bisa terhapuskan. Tapi yakinlah bahwa waktu akan terus berjalan, sesuatu yang cepat atau lambat akan mengajarkanmu buat move on.

Sepanjang ingatan kita, tak terhitung entah berapa banyak sudah orang-orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita. Ada yang tercatat dalam sejarah hidup kita, ada juga yang cuma sekedar setor muka doang, sehingga lupa tak tercatat dalam credit tittle kehidupan kita. 

Masih dalam lagu yang sama dengan rumus tadi di atas, mungkin benar sabda dangdut yang mengatakan bahwa : 'Kalo sudah tiada baru terasa... Bahwa kehadirannya sungguh berharga...'. Eh bentar-bentar, di sini kok kesannya saya hafal benget sama lagu-lagu dangdut ya? Haha... Tapi bodo amatlah. Ambil saja pesan moralnya. Yang pasti, kebanyakan orang kadang susah untuk menghargai kehadiran seseorang ketika dia sedang berada di dekat kita. Kita baru akan sadar dan merasa bahwa orang tersebut begitu penting justru pada saat dia telah jauh dari kita. Untuk itu, hargailah kehadiran orang-orang yang ada di sekitar kita, orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita sebelum sosok tersebut ‘ditiadakan’ oleh Tuhan. Sebab, kita sendiri tak akan pernah tau seperti apa selanjutnya skenario yang udah Tuhan tuliskan untuk peran kita. 

Baca juga

2 komentar

  1. kehadiran mereka penting, tapi kehadiran mereka cuman sesaat

    itu konsep cameo ya bang?

    Tapi paling enggak lebih mahal deh daripada cuman figuran kan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cameo sama bintang tamu bedanya tipis. Kalo cameo perannya nggak terlalu mempengaruhi alur cerita, sedangkan bintang tamu mempengaruhi alur cerita. Jadi tergantung besar atau enggaknya pengaruh orang tersebut dalam kehidupan kita :)

      Hapus

Featured Post

Catatan Hati Seorang Pengendara Sepeda Motor

Hampir lima tahun sudah saya menjadi pengguna setia jalanan di Jakarta, hampir lima tahun juga saya mulai membiasakan diri untuk menik...

Like us on Facebook

Ads